Say No to RPM Konten!

Permen Tak Manis Itu

Rencana Menkominfo Tifatul Sembiring mengeluarkan Rancangan Peraturan Menteri mengenai Konten Multimedia (RPM Konten) membuat gerah para blogger dan pemilik situs lokal. Jika peraturan ini diterapkan, akan banyak pihak yang tersikut dan tersudut.Utamanya para Blogger.

Konten atau isi blog kita akan dipelototi sebuah tim, mungkin mirip dengan Dewan Pers atau seperti Lembaga Sensor Film. Jika ada konten yang dianggap melanggar, bakal kena teguran atau malah kena semprit dan ditutup! Wah!

RPM ini jelas pukulan telak bagi kebebasan berpendapat yang belakangan tengah tumbuh subur di muka bumi melalui new media.  Bahkan ada yang beranggapan suburnya dunia blogging merupakan bukti demokratisasi berjalan dengan caranya sendiri. Mulai dari menjamurnya blog, micro blogging seperti twitter, plurk, atau jejaring sosial macam Facebook dan koprol, memberi arti baru mengenai demokrasi berkata dan berpendapat.

Ada plus minus tentunya. Plusnya, semua pihak selama ini bebas berkata, menulis, menyuarakan isi hati, pikiran dan gagasan dengan merdeka. Pencerahan dan info mutakhir adalah sisi positif new media. Keberadaan new media mengikis batas ruang dan waktu. Kita bebas berinteraksi dengan banyak orang di seluruh dunia. Internet bak jendela nan ajaib.

Tapi jangan lupa juga, selayaknya sebuah teknologi pasti punya sisi lain yang negatif. Di negeri ini belakangan secara bertubi-tubi kita dihadapkan persoalan terkait media-media baru tadi. Mulai dari email Prita Mulyasari yang dianggap mencemarkan nama baik rumah sakit Omni Internasional, kasus curhat Luna Maya yang menghebohkan, hingga yang terkini dampak Facebook yang memicu penculikan dan tindak asusila yang menimpa remaja abg. Atau juga konten porno yang membuat pening banyak kalangan. Karena sudah coba ditangkal dengan berbagai software anti pornografi sekalipun, konten porno ternyata masih bisa bebas dinikmati siapapun.

Namun bukti minusnya dampak new media saya pikir bukan menjadi alasan untuk dibuatkan regulasi yang mengekang kebebasan. Saya dan banyak blogger pasti menolak regulasi semacam itu. Apa jadinya dunia tanpa batas ini menjadi terbatas? Ini akan menjadi the end of the new media. Regulasi ini akan menjadi mesin pembunuh sifat-sifat new media yang tanpa batasan selama ini.

Mungkin bagi blogger –apalagi bagi yang memiliki akun gratisan, hal ini tidak terlalu merisaukan. Tapi bayangkan bagi penyelenggara blog seperti Kompasiana. Jelas sekali regulasi ini bakal mematikan keberadaannya. Karena batas-batas yang dinamakan pelanggaran di negeri ini tidak pernah jelas. Bisa saja sesuatu bernilai positif bagi sebuah kelompok, tapi bagi kelompok lain bisa dianggap menghina. Batas itu amat tipis. Apakah dengan demikian Depkominfo bakal melihat celah ini?

Kita harus berkaca dari gerak lembaga regulator sejenis seperti LSF yang kerap kali bertubrukan dengan kalangan film soal konten film yang dianggap saru, politis atau SARA.

Saya tidak anti aturan. Tapi RPM Konten ini menurut saya adalah pemberangusan kebebasan berpendapat. Kita mundur beberapa tahun ke belakang. Jika ini diterapkan, era neo Orde Baru tampaknya akan muncul. Semua konten blog atau situs internet akan dipelototi satu persatu. Iya kalau tim yang memeriksa isi konten paham benar dengan konten dimaksud, bagaimana jika mereka tidak mengerti? Saya bayangkan bakal banyak tafsir mengenai suatu konten di dunia maya.

Kasus Prita Mulyasari bisa jadi contoh yang menarik. Email yang hanya berisi curhat mengenai layanan umum, akhirnya berujung pidana dan perdata karena dianggap mencemarkan nama baik RS Omni Internasional. Apakah kita akan mengulangi kasus semacam ini lagi?

Karenanya, saya menolak RPM Konten! Aturan ini akan berpotensi menjadi lembaga kontrol kebebasan berpendapat yang berujung pada pelanggaran demokrasi. Berselancar di dunia maya nantinya tak seasyik sekarang jika Permen pak Tifatul jadi diterapkan.

So, lawan dan tolak RPM Konten selagi bisa!

Hati-hati Akun Facebook Anda Bocor!

Belakangan kenyamanan saya sebagai pemilik akun jejaring sosial Facebook agak berkurang. Apa pasal? Saya yang kerap membuka FB dari HP LG GW 300 merasa akun FB saya kini tak aman lagi. Memang saya belum pernah mendapati akun saya dibuka orang lain. Tapi sebaliknya, saat saya buka Fb melalui aplikasi yang ditanam di HP, seringkali tiba-tiba masuk akun milik orang lain.

Biasanya saya tak pernah logout akun FB saya dari HP. Ini hanya untuk memudahkan. Jadi saat membuka aplikasi FB langsung masuk ke akun pribadi saya. Suatu kali saya buka FB dan terheran-heranlah saya, karena nama pemilik akunnya tak saya kenal sama sekali. Jangankan kenal, nama mereka pun baru saya tahu saat itu.

Semula saya berpikir mungkin anak-anak di rumah yang pakai beragam akun FB. Tapi anehnya, saat HP itu dalam genggaman saya, hal serupa terjadi. Beberapa nama yang saya ingat ada yang usernamenya randi ahmad, terus juga aria putra. Saya terus terang tak punya sangkut paut dengan kedua nama ini. Setelah saya amati isi FB-nya keduanya berusia remaja.

Awalnya saya mengira mungkin akun FB yang bocor ini hanya dirasakan pemilik LG GW300. Tapi, nyatanya yang akunnya ada di HP saya ada yang menggunakan Sony Errickson, Nokia, bahkan Blackberry. Makin bingunglah saya.

Untungnya saya tak punya bakat merusak akun Fb orang. Saya cuma sekedar melihat-lihat siapa sih profil orang ini, apakah ada keterkaitannya dengan saya. Coba bayangkan jika yang menemukan bocoran akun FB ini adalah orang yang isengnya masuk derajat parah, saya tak bisa bayangkan bagaimana dia bakal mengacak-acak akun orang lain.

Beruntungnya lagi tak ada foto syur atau informasi rahasia di akun saya, sehingga saya sendiri agak tenang. Tapi sampai sekarang masih penasaran, kok bisa ya?

Ada yang punya persoalan senasib? Bagaimana jalan keluarnya ya?

Ternyata Iwan Fals Pengagum Suharto

iwan Fals dan Andy Noya

Siapa tak kenal kepiawaian Iwan Fals dalam mencipta lagu. Sulit mencari tandingan penyanyi balada satu ini dalam hal kedalaman makna liriknya. Lirik-lirik lagunya lugas, bercerita mengenai banyak hal. Jika di tahun 70-80-an public banyak disuguhi Iwan Fals pada potret ketimpangan sosial, politik yang kotor, hingga kehidupan. Maka di tahun-tahun berikutnya Iwan masuk ke persoalan lingkungan hingga kesewenangan politik. Dalam kurun waktu tersebut Iwan juga banyak mencipta lagu dengan tema cinta.

Ada sejumlah lagu Iwan Fals yang hingga kini masih sering kita dengar di tv yang bercerita mengenai kebusukan Orde Baru. LIhat saja lagu Bento yang bercerita mengenai kebusukan pengusaha dan penguasa. Atau lagu Bongkar yang menceritakan soal ketidak adilan. Iwan mengambil bingkai kehidupan social politik orde baru sebagai inspirasi lagu-lagunya. Atau lagu legendaries Oemar Bakrie yang bercerita mengenai nasib malang guru. Dari liriknya pasti kita semua sepakat Iwan Fals sangat kritis terhadap pemerintahan Orde Baru. Ia mungkin sejenis pemberontak, atau bisa dikatakan oposan kritis dari luar parlemen.

Ternyata Iwan Fals sesungguhnya tidak membenci sosok Suharto. Setidaknya itu terungkap dalam wawancara di Kick Andy, di Metro Tv Jum’at malam. Ia menganggap Suharto orang hebat. Buktinya Suharto bisa bertahan begitu lama sebagai presiden. Ia bahkan berterima kasih terhadap Orde Baru, yang menurutnya member banyak inspirasi penciptaan lagu buatnya. Mungkin dalam bahasa lain, ia tak mungkin bisa menciptakan lagu-lagu yang dinilai public sebagai lagu protes atau kritik social jika ia sendiri tidak hidup dalam era Orde Baru yang serba memberangus hak-hak pribadi warganya.

Bahkan ternyata yang tak banyak diketahui public, Iwan pernah bertemu muka dengan penguasa Orde Baru itu secara langsung. Ini terjadi saat adiknya menikah, dan Pak Harto menjadi saksi pernikahan adiknya. Sayang bagian ini tak banyak dieksplore oleh Andy Noya. Padahal bisa jadi ini jadi bagian paling menarik dari wawancara dengan Iwan. Seorang penyanyi yang kerap bersuara lantang mengungkap borok orde baru bisa berhadapan langsung dengan pemimpin besar Orde Baru.

Oya, di Kick Andy, Iwan yang saya lihat selama ini sebagai pribadi yang sangat pelit berkomentar mengenai persoalan pribadi, tiba-tiba menjelma menjadi sosok yang sangat luwes mengungkap sisi hitam, sisi kreatif, hingga sisi manusiawi lainnya. Bagian paling menyentuh dari wawancara dua jam itu adalah saat Iwan Fals harus menjawab sejumlah pertanyaan mengenai anaknya Galang Rambu Anarki yang sudah meninggal sejak beberapa tahun silam.

Iwan seperti kehabisan kata-kata saat Andy Noya menanyakan rumor kematian Galang adalah akibat over dosis obat-obatan terlarang. Iwan sepertinya ragu-ragu menjawab. Terlihat beban berat ada di pelupuk matanya. Kenangan ditinggal seorang yang dicintai memang menyakitkan. Apalagi dia adalah buah hati sendiri. Apalagi kepergian Galang kemudian banyak mengubah hidup Iwan Fals, terutama terkait dengan proses kreatifnya. Ia sempat tak bisa bermusik sejak Galang meninggal secara mendadak.

Di acara ini Iwan juga dengan kebesaran hatinya menyatakan ia dulu pernah berteman dengan obat-obatan terlarang. Sebuah pengakuan jujur yang tak mudah dikatakan dari seorang musisi besar. Ia tak takut bakal dijauhi penggemar demi pencitraan pribadinya. Beda sekali dengan politisi yang selalu memberi kesan dan menyatakan bersih dari berbagai skandal.

Kalaupun sekarang ia bisa bangkit, Iwan mengatakan tak lebih dari peran besar sang istri, Rossana alias Yos. Yos dan juga penggemar dan keluarga banyak memberikan stimulus agar ia bangkit dan kembali berkarya.

Blak-blakannya Iwan di acara ini tak lepas dari kepiawaian Andy Noya selaku host. Ia berhasil membuat Iwan Fals sangat nyaman berujar. Untuk hal yang satu ini rasanya tak salah jika salut dua jempol saya berikan pada Andy Noya. Ia bisa menampilkan sosok Iwan Fals apa adanya. Faktor pernah satu kampus dengan Andy Noya mungkin menjadi salah satu poinnya. Tapi memang hanya Andy Noya yang bisa begini, membuat Iwan Fals tak hanya berujar pendek-pendek, namun mengungkap banyak hal tentang dirinya, tentang pandangannya yang tak pernah terungkap sebelumnya.

*foto diambil dari sini.

Hanya Orang Biadab Terlantarkan Anaknya

Berita itu membuat dada saya sesak.

Tiga bocah berusia balita, (3 tahun,  2 tahun dan 9 bulan) diterlantarkan oleh orang tuanya di sebuah rumah kontrakan di Tangerang, Banten. Ketiganya dikunci dalam rumah dan ditinggalkan selama 5 hari. Saat ditemukan tetangganya, kondisi ketiga anak mengenaskan. Ketiganya dalam kondisi lemas  lantaran kelaparan dan kehausan.

Konon ketiganya bisa bertahan karena memakan kulit pisang yang banyak berceceran di dalam rumah. Si bungsu ditemukan dalam kondisi berkubang kotoran.

Keajaiban Illahi yang membuat ketiga bocah malang itu masih bisa bertahan dalam waktu yang cukup lama tanpa makan minum. Kalau tak ditemukan tetangganya, entah bagaimana nasib ketiga bocah tadi.

Kemarin, Diana sang ibu ditangkap polisi saat mengemasi pakaiannya. Mungkin ia berencana kabur sebelum kemudian dibekuk polisi. Hingga kini tak jelas apa alasan yang melatari perbuatan nekad Diana. Namun apapun alasannya, meninggalkan anak dalam kondisi terkunci dalam rumah sehingga tak mendapat makanan adalah perbuatan biadab.

Kekisruhan rumah tangga Diana dengan suaminya Leri, mestinya tidak dijadikan alasan melakukan tindak kekerasan pada anak-anak. Binatang saja rasanya masih punya welas asih pada anak-anaknya! Ia akan melindungi anaknya dari terkaman binatang lain.

Lagi-lagi saya tak habis pikir mengapa ada orang tua setega itu terhadap buah hatinya sendiri. Anak yang dikandung dan dilahirkan kok disia-siakan. Anak-anak tak pernah minta dilahirkan oleh orang tuanya. Keberadaan anak-anak di dunia adalah atas permintaan orang tua pada Yang Maha Berkehendak.

Mungkin mereka tak pernah menyadari  bahwa anak itu titipan Illahi. Yang wajib dijaga, dididik dan dibesarkan.

Semoga saya dijauhkan dari perbuatan yang menyia-nyiakan anak-anak. Alasan apapun tidak bisa dibenarkan.

Sudahkah anda menyayangi anak anda hari ini?

Sebulan Tanpa Tv

Bagaimana rasanya sebulan di rumah tanpa TV? Seru..

Bermula dari rusaknya tv jadul kami. Usia 10 tahun ternyata membuat banyak komponennya tak mampu lagi bertahan. Gambarnya menghilang, yang muncul hanya suara.

Anak-anak komplain. Si bungsu sedih tak lagi bisa melihat film kartun kesayangannya di Disney. Si tengah dan sulung tak bisa lagi melihat Viking.

Cukup berat situasi awal tanpa tv di rumah, terutama bagi anak-anak. Biasanya suara tv mendominasi hari-hari mereka. Sambil makan setidaknya dengar suara tv, pulang sekolah lihat tv, hari libur pun kalau tak ada acara di luar tv jadi teman sehari-hari.

Tapi itu di awal. Setelah berjalan seminggu, ternyata ketiadaan tv malah menjadi berkah. Si sulung jadi punya banyak waktu membaca. Pe-er dari sekolah lebih sering dikerjakan lebih cepat dari biasanya. Waktunya jadi lebih produktif.

Si tengah jadi senang menulis. Beberapa puisi kecil ia hasilkan di sela bete tak ada tv. Melukis pun kembali ia gemari. Krayon dan  pensil jadi teman yang paling setia.

Yang paling menyenangkan adalah si kecil Ninis. Ia lebih sering menyanyi dan belajar membaca. Ia juga bisa membuat tulisan mini meski harus didikte. Saya sendiri meski bekerja di tv tak serta merta kehilangan. Karena masih ada internet yang setia mendampingi.

Pendek kata, tak ada tv ternyata kita tak mati.

Tapi kesepian kita tak ada tv kemarin berakhir. Kita sepakat mengakhirinya dengan banyak catatan. Yang penting kami pernah sama-sama belajar. Ini akan menjadi memori di hati kami masing-masing. Semoga kami bisa lebih bijak menggunakan kotak ajaib ini di kemudian hari.